Mewujudkan Kaldera Toba Taman Bumi Dunia UNESCO
Oleh: Thomson Hutasoit
Sekretaris Umum Punguan Borsak Bimbinan Hutasoit, Boru,
Bere Kota Medan Sekitarnya.
Pendahuluan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007) Kaldera adalah kawah gunung berapi yang sangat besar, terjadi karena
peledakan atau runtuhnya bagian puncak gunung berapi. Dengan demikian, Kaldera
Toba adalah kawah gunung Toba yang meletus pada ratusan ribu tahun lalu. Secara
akdemik bahwa Kaldera Toba akibat meletusnya Gunung Toba yang perlu diteliti
untuk memasatikan kapan gunung tersebut meletus. Sementara menurut versi
legenda masyarakat lokal terjadinya Danau Toba adalah akibat ingkar janji
seorang suami terhadap istri yang berasal dari ikan.
Kaldera Toba yang meliputi kabupaten
Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Simalungun, Karo,
Dairi memiliki kemiripan Adat-Budaya satu sama lain. Kemiripan adat-budaya itu
ialah cara pandang terhadap hubungan interaksi
tatanan sosial, yakni Falsafah Dalihan Na Tolu (DNT) walaupun penyebutan
Dalihan Na Tolu antara satu daerah dengan daerah lain ada perbedaan sesuai
dengan ragam bahasa lokal. Tetapi makna sejati dari falsafah tersebut mempunyai
kesamaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat setempat. Karena itu, perlu
dielaborasi lebih mendalam dan mendetail dengan mengidentifikasi,
menginventarisasi berbagai kearifan lokal (local
wisdom) yang hingga kini masih dipertahankan, dijunjung tinggi masyarakat
setempat.
Selain daripada itu, aneka ragam
flora dan fauna ataupun keanekaragaman hayati yang terdapat di daerah Kaldera
Toba yang kemungkinan sekali sangat berguna pada kehidupan manusia, seperti;
tumbuh-tumbuhan obat-obatan yang sangat berguna untuk kehidupan manusia, sebab
para leluhur masyarakat tradisional yang belum mengenal dunia medis modern
mampu menjaga kelangsungan hidupnya dari kemungkinan timbulnya ancaman berbagai
penyakit di zaman itu. Pengobatan-pengobatan tradisional yang meramu berbagai
tumbuhan alami perlu juga diteliti untuk mendukung perkembangan dunia medis
modern saat ini. Sebab, tidak mustahil berbagai penyakit yang mengancam
kehidupan masyarakat modern saat ini telah ditemukan jenis-jenis pengobatannya
oleh para leluhur di sekitar Kaldera Toba di masa silam.
Belum lagi berbagai kekayaan alam bernilai
ekonomis di sekitar Kaldera Toba yang masih memerlukan penggalian, pengembangan
optimal untuk memberikan kemakmuran, kesejahteraan bagi masyarakat lokal,
nasional, bahkan internasional sehingga Kaldera Toba benar-benar menjadi Taman
Bumi Dunia di masa depan.
Berbagai upaya yang dilakukan RE
Foundation untuk memperjuangkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman
Bumi Dunia UNESCO patut mendapat dukungan konkrit dari segenap lapisan
masyarakat lokal, nasional, maupun internasional melalui partisipasi riil sehingga
Kaldera Toba segera terwujud menjadi Taman Bumi Dunia. Untuk itu, perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Identifikasi, Inventarisasi, Pemetaan
serta Matriks-Matriks aneka Kearifan Lokal.
Sebagaimana telah diutarakan pada
poin diatas, Kaldera Toba yang meliputi daerah Kabupaten Samosir, Toba Samosir,
Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Simalungun, Karo, Dairi adalah daerah
asal-usul Bangso Batak pada umumnya, sementara daerah-daerah lain yang saat ini
ditempati generasi-generasi Bangso Batak bisa dikatakan merupakan daerah
persebaran (parserahan) generasi-generasi Bangso Batak. Diaspora Bangso Batak
di berbagai daerah tidak pernah lupa dengan daerah asalnya (Bona Pasogitnya)
menunjukkan bahwa generasi Bangso Batak dimanapun berada tidak pernah
tercerabut dari akar budayanya. Buktinya, dimanapun Bangso Batak berada tidak
pernah lepas dari kultur budaya yang diwariskan para leluhurnya. Bahkan, bila
diperhatikan dengan seksama, kultur-kultur budaya Bangso Batak lebih intens
dilestarikan dan dikembangkan di daerah diaspora (parserahan) jika dibandingkan
di daerah asal (Bona Pasogit).
Diaspora (parserahan) Bangso Batak
dengan kesamaan adat-budaya daerah asal selalu memiliki hubungan kekeluargaan,
kekerabatan sebagaimana di Bona Pasogit, sehingga daerah diaspora (parserahan)
dianggap seperti Bona Pasogitnya sendiri. Pandangan demikian tentu sangat
berpengaruh besar mewujudkan tatanan masyarakat nasional, maupun masyarakat
internasional. Adat-budaya, kearifan lokal yang masih dilestarikan serta dijunjung
tinggi generasi-generasi Bangso Batak dimanapun berada menjadi salah satu
energi besar untuk mempersatukan antara generasi di Bona Pasogit dengan
generasi Diaspora (parserahan) apalagi hubungan dua arah benar-benar dibangun
optimal.
Oleh sebab itu, identifikasi,
inventarisasi kearifan lokal warisan leluhur yang telah mampu menjadi
perekat hubungan generasi-generasi Bangso Batak dimanapun berada perlu
dilakukan maksimal, sebab hal itu salah satu
keajaiban dunia yang perlu dipelajari bangsa-bangsa lain di masa akan
datang.
Selain daripada itu, penggalian
serta inventarisasi situs-situs peradaban di daerah sikitar Kaldera Toba
melalui penelitian merupakan elemen penting yang harus dilakukan maksimal,
sebab tidak mustahil situs-situs bersejarah yang selama ini terlantar akan
mampu mengungkap peradaban manusia di sekitar Kaldera Toba di masa lalu.
Identifikasi, inventarisasi, serta
pemetaan dalam matriks-matriks akan memberi ruang mempelajari, mengerti,
memahami pelbagai keistimewaan spesifik di daerah Kaldera Toba sehingga Geopark
Nasional Kaldera Toba benar-benar terwujud Taman Bumi Dunia pusat peradaban
manusia di atas jagat ini.
Salah satu contoh, bagaimana Bangso
Batak mempertahankan hubungan harmoni kekeluargaan, kekerabatan puluhan
generasi walau tidak saling mengenal satu sama lain, hanya diikat Silsilah
(Tarombo) marga-marga Bangso Batak harus pula dimaknai salah satu keajaiban
masyarakat di daerah Kaldera Toba yang perlu ditawarkan kepada masyarakat dunia
sebab kemungkinan besar bangsa-bangsa lain tidak memiliki keistimewaan seperti
itu.
Harmoni hubungan kekeluargaan,
kekerabatan yang dipertahankan dalam rentang waktu, rentang tempat, serta
melalui perubahan jaman bukanlah hal mudah dan gampang. Tapi bagi masyarakat
sekitar Kaldera Toba, termasuk diasporanya dimanapun berada bisa langgeng dan
lestari sepanjang masa. Inilah salah satu keistimewaan yang perlu didalami
melalui penelitian ilmiah secara komprehensif paripurna sehingga Kaldera Toba
bukan saja Taman Bumi Dunia tetapi juga menjadi Taman Kebudayaan Dunia di masa
akan datang.
Aneka ragam kearifan lokal yang
tumbuh subur di daerah Kaldera Toba, seperti falsafah hidup, hukum,
kepemimpinan, ungkapan-ungkapan, penuturan-penuturan, ritual, adat-budaya,
sistem kekerabatan, aneka jenis makanan dan minuman, fauna dan flora, kesenian dan alat kesenian, ilmu pengetahuan
dan teknologi, perawatan lingkungan, serta legenda-legenda sarat nilai-nilai
kearifan perlu diidentifikasi, diinventarisasi untuk dijadikan laboratorium
kehidupan manusia di atas planet ini. Dengan cara demikian, Kaldera Toba Taman
Bumi Dunia benar-benar Laboratorium Pusat Peradaban manusia di atas bumi ini.
Menjadikan Geopark Nasional Kaldera
Toba, Taman Bumi Dunia UNESCO tentu harus mampu menyuguhkan berbagai
keistimewaan spesifik, salah satu diantaranya ialah sejarah perjalanan manusia di
Kaldera Toba, sehingga identifikasi,
inventarisasi tentang Kaldera Toba yang dilandasi penelitian ilmiah menjadi
keharusan yang perlu dilaksanakan mendalam dan mendetail.
Seiring kemajuan jaman, generasi-generasi
Bangso Batak tersebar di berbagai penjuru dunia dengan kapasitas intelektual
beraneka ragam menjadikan Bangso Batak bukan lagi hanya berkapasitas lokal
(sekitar Kaldera Toba), tetapi telah berkemampuan nasional, maupun internasional,
sehingga Geopark Nasional Kaldera Toba sangat memungkinkan diwujudkan menjadi
Taman Bumi Dunia UNESCO jika generasi-generasi Batak Toba benar-benar
berkemauan kuat mewujudkannya secara riil sebagaimana telah dimulai RE
Foundation saat ini.
Niat baik dan tulus RE Foundation
ingin mewujudkan Geopark Nasional Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO bukanlah
sebuah mimpi di siang bolong jika seluruh generasi Bangso Batak, termasuk
diasporanya diseluruh penjuru dunia memberikan sumbangsih sebagai perwujudan
“Arga do Bona ni Pinasa di angka na bisuk marroha” melalui upaya-upaya konkrit
sesuai kapasitas masing-masing.
Dengan demikian, gerakan peduli Bona
Pasogit daerah Kaldera Toba menuju Taman Bumi Dunia perlu dikumandangkan
intensif oleh seluruh stakeholder sebab
Kaldera Toba bukan saja milik Bangso Batak, tetapi laboratorium peradaban
manusia di atas planet ini.
Membangun Karakter Manusia.
Salah satu karakter istimewa Bangso
Batak ialah sifat egaliter, terbuka terhadap pelbagai perbedaan. Perbedaan apapun
bagi Bangso Batak tidaklah menjadi soal sepanjang dikelola dengan baik dan
benar.
Karakter terbuka terhadap kemajuan
jaman juga mendorong generasi-generasi Bangso Batak menyebar di berbagai
perantauan (parserahan) di penjuru planet ini. Sifat mudah berasimilasi dengan
bangsa-bangsa lain di tempat diaspora menjadikan generasi-generasi Bangso Batak
mendapat kepercayaan dan kehormatan dari masyarakat di tempat perantauan.
Karakter demikian sadar atau tidak
kemungkinan besar juga dipengaruhi simbolisasi Boraspati (cecak) mudah
menempel, termasuk tempat-tempat terjal, seperti dinding rumah, plafond an lain
sebagainya.
Selain daripada itu, sebagaimana
diketahui bahwa cicak adalah sejenis binatang pemangsa nyamuk serta berada di
rumah maupun pohon. Cecak hampir tak pernah mengganggu kehidupan manusia,
bahkan sebaliknya melindungi manusia dari serangan gigitan nyamuk. Demikian
juga Bangso Batak yang mendiami Kaldera Toba maupun Diasporanya selalu
menunjukkan karakter melindungi, mengayomi terhadap sesama. Karakter ini adalah
karakter sejati Bangso Batak dimanapun berada. Karakter-karakter di luar
daripada itu adalah penyimpangan atau kekecualian.
Jika diperhatikan dengan seksama
proses perkawinan Bangso Batak masa belakangan ini, generasi-generasi Bangso
Batak sudah banyak kawin dengan bangsa-bangsa lain dengan berbagai perbedaan
adat-budaya. Perkawinan campuran seperti itu tidak begitu dipersoalkan lagi.
Inilah salah satu bukti nyata, bahwa Bangso Batak mampu membuka diri untuk
menerima perkembangan kemajuan jaman. Sekat-sekat pemisah sesama anak manusia
di atas bumi ini tidak layak lagi dilestarikan dan dipertahankan. Pandangan
serta pemahaman demikian harus dimaknai sebagai cerminan karakter egaliter yang
dimiliki Bangso Batak dimanapun berada.
Karakter pekerja keras, petualang,
pantang menyerah, jujur dan berintegritas yang didasari falsafah hidup,
kearifan-kearifan warisan leluhur menjadikan Bangso Batak memiliki Jati Diri
ditengah-tengah pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
Walau demikian, masih perlu
dilakukan pembangunan karakter masyarakat di sekitar Kaldera Toba lebih mampu
menerima kemajuan jaman tanpa hilang jati diri seiring dengan keinginan mewujudakan
Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia ENESCO. Sebab tujuan
utama mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO
menurut hemat penulis ialah membawa Geopark Nasional Kaldera Toba mendunia (go international) Taman Bumi Dunia pusat
peradaban manusia. Dengan demikian, dunia mengetahui bahwa Kaldera Toba
menyimpan berbagai mutiara kehidupan yang perlu dilihat dan dipelajari
sepanjang masa.
Sebagai tuan rumah (hasuhuton) bila
kelak Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO, tentu
diperlukan karakter tuan rumah yang baik dan benar. Salah satu kearifan lokal
warisan leluhur ialah “Paramak so balunon, Parsangkalan so mahiang” yakni sifat
dan sikap terbuka menerima tamu yang datang dengan menunjukkan berbagai
keluhuran sebagai masyarakat beradat dan beradab.
Berbagai karakter warisan leluhur
walau masih tradisional serta masih di zaman purba tidak tertutup kemungkinan
masih tetap relevan dan mengikuti zaman (up
to date), misalnya; Ndang jadi panganon sian balik ni rere (jangan memakan
dari balik tikar buruk) bermakna tidak boleh mengambil yang bukan hak, dan
inilah yang disebut korupsi masa-masa belakangan ini.
Sadar atau tidak salah satu cara
membangun karakter manusia adalah menggali dan mengembangkan nilai-nilai budaya
serta kearifan lokal yang tumbuh berkembang ditengah-tengah kehidupan
masyarakat, bangsa itu sendiri. Sebab, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal
telah mewarnai pola pikir, pola tingkah laku yang sulit dilepaskan dari diri
individu, maupun komunal. Pengabaian nilai budaya, kearifan-kearifan
masyarakat, bangsa merupakan suatu kekeliruan besar yang berpotensi melahirkan
aneka karakter tak sesuai dengan
nilai-nilai kehidupan ditengah-tengah masyarakat, bangsa.
Nilai-nilai budaya,
kearifan-kearifan harus pula dipahami adalah elemen dasar pembentukan karakter
dan jati diri yang tidak boleh sekali-sekali diabaikan. Akan tetapi, bila
diperhatikan dengan cermat, pengabaian nilai-nilai budaya, kearifan-kearifan
masyarakat, bangsa kerap terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat, bangsa
maupun negara. Akibatnya, timbul ambivalensi kebijakan serta tidak relevannya
antara konsepsi dengan implementasi. Situasi kondisi seperti inilah salah satu
faktor terhambatnya pengembangan nilai-nilai budaya, kearifan-kearifan sebagai
elemen dasar pembentukan karakter masyarakat, bangsa maupun negara.
Mengubah pola pikir (mindset) lokal ke nasional, bahkan
internasional tanpa meninggalkan, menanggalkan nilai-nilai budaya, kearifan
lokal adalah salah satu langkah konkrit membangun karakter dan jati diri. Dan
inilah seharusnya dan sejatinya tujuan utama yang harus dicapai dari mewujudkan
Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO yang diprakarsai
RE Foundation. Bila tidak, Kaldera Toba yang memiliki segudang keistimewaan
spesifik sulit diharapkan membawa manfaat optimal kepada masyarakat sekitar
Kaldera Toba di masa akan datang.
Karakter beradat dan beradab yang
diwarisi masyarakat sekitar Kaldera Toba dari para leluhur beberapa millennia
serta dilestarikan, dijunjung tinggi dalam harmoni kehidupan patut dimaknai
suatu keunikan yang perlu dipelajari setiap insan di atas jagat raya ini. Sebab,
mempertahankan, melestarikan nilai budaya, kearifan lokal ditengah-tengah
perubahan jaman yang sedemikian pesat bukanlah hal mudah dan gampang. Salah
satu contoh; konsistensi mempertahankan konsensus, sumpah (padan) para leluhur yang telah puluhan generasi masih tetap
langgeng, baik antar maupun antara marga-marga di sekitar Kaldera Toba maupun
di daerah diasporanya.
Sifat konsisten terhadap sumpah (padan) ataupun konsensus-konsensus adalah
salah satu karakter yang sangat langka ditemukan pada era belakangan ini, sebab
yang tumbuh bagaikan jamur di musim penghujan saat ini ialah sifat inkonsisten
(siose padan) yang berakibat
timbulnya ketidakpercayaan (distrust).
Misalnya, leluhur mewariskan; “Dengke ni
sabulan, tu tonggina tu tabona, manang ise siose padan tu ripurna tu magona”
maknanya ialah barangsiapa mengingkari sumpah akan punah.
Sosialisasi massif.
Menggelorakan gaung Geopark Nasional
Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO harus dipahami bukan hal gampang
dan mudah sehingga diperlukan sinergi kemampuan serta kerja sama seluruh stakeholder Kaldera Toba dimanapun berada. Sinergi
kemampuan serta kerja sama tentu haruslah didahului suatu pemahaman atas
pentingnya Geopark Nasional Kaldera Toba terhadap kehidupan manusia yang bukan
saja penting bagi kehidupan masyarakat sekitar Kaldera Toba, tetapi bagi
kepentingan nasional maupun internasional.
Menumbuhkan pemahaman arti penting
Kaldera Toba tentu harus pula dimulai melalui sosialisasi massif, serta
berkesinambungan, sebab melahirkan kesadaran masyarakat sangat sulit terwujud
dalam kurun waktu singkat, apalagi munculnya berbagai pola pemikiran memandang
sesuatu dari sudut pandang subyektif. Pemikiran-pemikiran subyektif akan sulit
disamakan tanpa sosialisasi massif, berkesinambungan.
Tarik menarik kepentingan pemerintah
daerah sekitar Kaldera Toba yang tidak mustahil dilandasi egoisme masing-masing
harus pula disadari salah faktor hambatan percepatan dalam mewujudkan Geopark Nasional
Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO. Oleh sebab itu, membangun
pemahaman bersama masyarakat, pemerintah daerah sekitar Kaldera Toba merupakan
suatu keharusan agar seluruh elemen-elemen masyarakat, pemerintah daerah saling
bahu-membahu mendorong percepatan terwujudnya Geopark Nasional Kaldera Toba
menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO.
Salah satu ungkapan Batak Toba yang
perlu diperhatikan dalam mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman
Bumi Dunia UNESCO ialah, ”Saribu penghail sahalak pandangguri, dengke
ndang adong dapot” (Seribu pemancing satu orang melempari, ikan tak satupun
dapat). Maknanya ialah walaupun berbagai pihak telah berusaha keras mewujudkan
Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO, bila sebahagian
kecil saja pun mengganggu dan meributinya maka energi besar yang telah
dikeluarkan selama ini akan terbuang sia-sia, seperti ungkapan Batak Toba
mengatakan, “Suda arang ndang himpal bosi”
(habis arang besi pun binasa).
Untuk menghindarkan hal-hal seperti
itulah diperlukan sosialisasi massif, berkesinambungan agar seluruh elemen
masyarakat memiliki pemahaman bersama mengapa perlu mewujudkan Geopark Nasional
Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO.
Sebaliknya, jika seluruh elemen
masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah telah memiliki pemahaman bersama
tentang arti penting Kaldera Toba akan
didorong melakukan upaya
percepatan mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia
UNESCO melalui kesadaran masing-masing. Salah satu contoh, bagaimana massifnya
dukungan masyarakat melalui berbagai media terhadap Komodo salah satu keajaiban
dunia.
Memasyarakatkan Geopark Nasional
Kaldera Toba, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional adalah salah
satu elemen penting yang perlu digelorakan karena tidak mustahil masih banyak
belum mengetahui dan memahaminya sampai saat ini.
Oleh sebab itu, sinergi sosialisasi
massif melalui media komunikasi, media sosial maupun melibatkan perangkat-perangkat
pemerintah, pemerintah daerah, simpul-simpul masyarakat perlu didorong
seluas-luasnya ke depan.
Inilah berbagai sumbangsih pemikiran
penulis untuk mendukung upaya mulia yang telah diprakarsai RE Foundation
sehingga Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO segera
terwujud sebagai warisan kepada generasi-generasi sepanjang masa.
Horas ! Horas ! Horas !
Medan,
05 Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar