Kamis, 09 Oktober 2014

Mewujudkan Kaldera Toba Taman Bumi Dunia UNESCO

Mewujudkan Kaldera Toba Taman Bumi Dunia UNESCO
Oleh: Thomson Hutasoit
Sekretaris Umum Punguan Borsak Bimbinan Hutasoit, Boru, Bere Kota Medan Sekitarnya.

Pendahuluan.
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) Kaldera adalah kawah gunung berapi yang sangat besar, terjadi karena peledakan atau runtuhnya bagian puncak gunung berapi. Dengan demikian, Kaldera Toba adalah kawah gunung Toba yang meletus pada ratusan ribu tahun lalu. Secara akdemik bahwa Kaldera Toba akibat meletusnya Gunung Toba yang perlu diteliti untuk memasatikan kapan gunung tersebut meletus. Sementara menurut versi legenda masyarakat lokal terjadinya Danau Toba adalah akibat ingkar janji seorang suami terhadap istri yang berasal dari ikan.
            Kaldera Toba yang meliputi kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Simalungun, Karo, Dairi memiliki kemiripan Adat-Budaya satu sama lain. Kemiripan adat-budaya itu ialah cara pandang terhadap hubungan interaksi  tatanan sosial, yakni Falsafah Dalihan Na Tolu (DNT) walaupun penyebutan Dalihan Na Tolu antara satu daerah dengan daerah lain ada perbedaan sesuai dengan ragam bahasa lokal. Tetapi makna sejati dari falsafah tersebut mempunyai kesamaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat setempat. Karena itu, perlu dielaborasi lebih mendalam dan mendetail dengan mengidentifikasi, menginventarisasi berbagai kearifan lokal (local wisdom) yang hingga kini masih dipertahankan, dijunjung tinggi masyarakat setempat.
            Selain daripada itu, aneka ragam flora dan fauna ataupun keanekaragaman hayati yang terdapat di daerah Kaldera Toba yang kemungkinan sekali sangat berguna pada kehidupan manusia, seperti; tumbuh-tumbuhan obat-obatan yang sangat berguna untuk kehidupan manusia, sebab para leluhur masyarakat tradisional yang belum mengenal dunia medis modern mampu menjaga kelangsungan hidupnya dari kemungkinan timbulnya ancaman berbagai penyakit di zaman itu. Pengobatan-pengobatan tradisional yang meramu berbagai tumbuhan alami perlu juga diteliti untuk mendukung perkembangan dunia medis modern saat ini. Sebab, tidak mustahil berbagai penyakit yang mengancam kehidupan masyarakat modern saat ini telah ditemukan jenis-jenis pengobatannya oleh para leluhur di sekitar Kaldera Toba di masa silam.
            Belum lagi berbagai kekayaan alam bernilai ekonomis di sekitar Kaldera Toba yang masih memerlukan penggalian, pengembangan optimal untuk memberikan kemakmuran, kesejahteraan bagi masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional sehingga Kaldera Toba benar-benar menjadi Taman Bumi Dunia di masa depan.
            Berbagai upaya yang dilakukan RE Foundation untuk memperjuangkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO patut mendapat dukungan konkrit dari segenap lapisan masyarakat lokal, nasional, maupun internasional melalui partisipasi riil sehingga Kaldera Toba segera terwujud menjadi Taman Bumi Dunia. Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Identifikasi, Inventarisasi, Pemetaan serta Matriks-Matriks aneka Kearifan Lokal.
            Sebagaimana telah diutarakan pada poin diatas, Kaldera Toba yang meliputi daerah Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Simalungun, Karo, Dairi adalah daerah asal-usul Bangso Batak pada umumnya, sementara daerah-daerah lain yang saat ini ditempati generasi-generasi Bangso Batak bisa dikatakan merupakan daerah persebaran (parserahan) generasi-generasi Bangso Batak. Diaspora Bangso Batak di berbagai daerah tidak pernah lupa dengan daerah asalnya (Bona Pasogitnya) menunjukkan bahwa generasi Bangso Batak dimanapun berada tidak pernah tercerabut dari akar budayanya. Buktinya, dimanapun Bangso Batak berada tidak pernah lepas dari kultur budaya yang diwariskan para leluhurnya. Bahkan, bila diperhatikan dengan seksama, kultur-kultur budaya Bangso Batak lebih intens dilestarikan dan dikembangkan di daerah diaspora (parserahan) jika dibandingkan di daerah asal (Bona Pasogit).
            Diaspora (parserahan) Bangso Batak dengan kesamaan adat-budaya daerah asal selalu memiliki hubungan kekeluargaan, kekerabatan sebagaimana di Bona Pasogit, sehingga daerah diaspora (parserahan) dianggap seperti Bona Pasogitnya sendiri. Pandangan demikian tentu sangat berpengaruh besar mewujudkan tatanan masyarakat nasional, maupun masyarakat internasional. Adat-budaya, kearifan lokal yang masih dilestarikan serta dijunjung tinggi generasi-generasi Bangso Batak dimanapun berada menjadi salah satu energi besar untuk mempersatukan antara generasi di Bona Pasogit dengan generasi Diaspora (parserahan) apalagi hubungan dua arah benar-benar dibangun optimal.
            Oleh sebab itu, identifikasi, inventarisasi kearifan lokal   warisan leluhur yang telah mampu menjadi perekat hubungan generasi-generasi Bangso Batak dimanapun berada perlu dilakukan maksimal, sebab hal itu salah satu  keajaiban dunia yang perlu dipelajari bangsa-bangsa lain di masa akan datang.
            Selain daripada itu, penggalian serta inventarisasi situs-situs peradaban di daerah sikitar Kaldera Toba melalui penelitian merupakan elemen penting yang harus dilakukan maksimal, sebab tidak mustahil situs-situs bersejarah yang selama ini terlantar akan mampu mengungkap peradaban manusia di sekitar Kaldera Toba di masa lalu.  
            Identifikasi, inventarisasi, serta pemetaan dalam matriks-matriks akan memberi ruang mempelajari, mengerti, memahami pelbagai keistimewaan spesifik di daerah Kaldera Toba sehingga Geopark Nasional Kaldera Toba benar-benar terwujud Taman Bumi Dunia pusat peradaban manusia di atas jagat ini.
            Salah satu contoh, bagaimana Bangso Batak mempertahankan hubungan harmoni kekeluargaan, kekerabatan puluhan generasi walau tidak saling mengenal satu sama lain, hanya diikat Silsilah (Tarombo) marga-marga Bangso Batak harus pula dimaknai salah satu keajaiban masyarakat di daerah Kaldera Toba yang perlu ditawarkan kepada masyarakat dunia sebab kemungkinan besar bangsa-bangsa lain tidak memiliki keistimewaan seperti itu.
            Harmoni hubungan kekeluargaan, kekerabatan yang dipertahankan dalam rentang waktu, rentang tempat, serta melalui perubahan jaman bukanlah hal mudah dan gampang. Tapi bagi masyarakat sekitar Kaldera Toba, termasuk diasporanya dimanapun berada bisa langgeng dan lestari sepanjang masa. Inilah salah satu keistimewaan yang perlu didalami melalui penelitian ilmiah secara komprehensif paripurna sehingga Kaldera Toba bukan saja Taman Bumi Dunia tetapi juga menjadi Taman Kebudayaan Dunia di masa akan datang.  
            Aneka ragam kearifan lokal yang tumbuh subur di daerah Kaldera Toba, seperti falsafah hidup, hukum, kepemimpinan, ungkapan-ungkapan, penuturan-penuturan, ritual, adat-budaya, sistem kekerabatan, aneka jenis makanan dan minuman, fauna dan flora,  kesenian dan alat kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, perawatan lingkungan, serta legenda-legenda sarat nilai-nilai kearifan perlu diidentifikasi, diinventarisasi untuk dijadikan laboratorium kehidupan manusia di atas planet ini. Dengan cara demikian, Kaldera Toba Taman Bumi Dunia benar-benar Laboratorium Pusat Peradaban manusia di atas bumi ini.  
            Menjadikan Geopark Nasional Kaldera Toba, Taman Bumi Dunia UNESCO tentu harus mampu menyuguhkan berbagai keistimewaan spesifik, salah satu diantaranya ialah sejarah perjalanan manusia di Kaldera Toba, sehingga  identifikasi, inventarisasi tentang Kaldera Toba yang dilandasi penelitian ilmiah menjadi keharusan yang perlu dilaksanakan mendalam dan mendetail.
            Seiring kemajuan jaman, generasi-generasi Bangso Batak tersebar di berbagai penjuru dunia dengan kapasitas intelektual beraneka ragam menjadikan Bangso Batak bukan lagi hanya berkapasitas lokal (sekitar Kaldera Toba), tetapi telah berkemampuan nasional, maupun internasional, sehingga Geopark Nasional Kaldera Toba sangat memungkinkan diwujudkan menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO jika generasi-generasi Batak Toba benar-benar berkemauan kuat mewujudkannya secara riil sebagaimana telah dimulai RE Foundation saat ini.
            Niat baik dan tulus RE Foundation ingin mewujudkan Geopark Nasional Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO bukanlah sebuah mimpi di siang bolong jika seluruh generasi Bangso Batak, termasuk diasporanya diseluruh penjuru dunia memberikan sumbangsih sebagai perwujudan “Arga do Bona ni Pinasa di angka na bisuk marroha” melalui upaya-upaya konkrit sesuai kapasitas masing-masing.
            Dengan demikian, gerakan peduli Bona Pasogit daerah Kaldera Toba menuju Taman Bumi Dunia perlu dikumandangkan intensif oleh seluruh stakeholder sebab Kaldera Toba bukan saja milik Bangso Batak, tetapi laboratorium peradaban manusia di atas planet ini.
Membangun Karakter Manusia.
            Salah satu karakter istimewa Bangso Batak ialah sifat egaliter, terbuka terhadap pelbagai perbedaan. Perbedaan apapun bagi Bangso Batak tidaklah menjadi soal sepanjang dikelola dengan baik dan benar.
            Karakter terbuka terhadap kemajuan jaman juga mendorong generasi-generasi Bangso Batak menyebar di berbagai perantauan (parserahan) di penjuru planet ini. Sifat mudah berasimilasi dengan bangsa-bangsa lain di tempat diaspora menjadikan generasi-generasi Bangso Batak mendapat kepercayaan dan kehormatan dari masyarakat di tempat perantauan.
            Karakter demikian sadar atau tidak kemungkinan besar juga dipengaruhi simbolisasi Boraspati (cecak) mudah menempel, termasuk tempat-tempat terjal, seperti dinding rumah, plafond an lain sebagainya.
            Selain daripada itu, sebagaimana diketahui bahwa cicak adalah sejenis binatang pemangsa nyamuk serta berada di rumah maupun pohon. Cecak hampir tak pernah mengganggu kehidupan manusia, bahkan sebaliknya melindungi manusia dari serangan gigitan nyamuk. Demikian juga Bangso Batak yang mendiami Kaldera Toba maupun Diasporanya selalu menunjukkan karakter melindungi, mengayomi terhadap sesama. Karakter ini adalah karakter sejati Bangso Batak dimanapun berada. Karakter-karakter di luar daripada itu adalah penyimpangan atau kekecualian.
            Jika diperhatikan dengan seksama proses perkawinan Bangso Batak masa belakangan ini, generasi-generasi Bangso Batak sudah banyak kawin dengan bangsa-bangsa lain dengan berbagai perbedaan adat-budaya. Perkawinan campuran seperti itu tidak begitu dipersoalkan lagi. Inilah salah satu bukti nyata, bahwa Bangso Batak mampu membuka diri untuk menerima perkembangan kemajuan jaman. Sekat-sekat pemisah sesama anak manusia di atas bumi ini tidak layak lagi dilestarikan dan dipertahankan. Pandangan serta pemahaman demikian harus dimaknai sebagai cerminan karakter egaliter yang dimiliki Bangso Batak dimanapun berada.
            Karakter pekerja keras, petualang, pantang menyerah, jujur dan berintegritas yang didasari falsafah hidup, kearifan-kearifan warisan leluhur menjadikan Bangso Batak memiliki Jati Diri ditengah-tengah pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
            Walau demikian, masih perlu dilakukan pembangunan karakter masyarakat di sekitar Kaldera Toba lebih mampu menerima kemajuan jaman tanpa hilang jati diri seiring dengan keinginan mewujudakan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia ENESCO. Sebab tujuan utama mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO menurut hemat penulis ialah membawa Geopark Nasional Kaldera Toba mendunia (go international) Taman Bumi Dunia pusat peradaban manusia. Dengan demikian, dunia mengetahui bahwa Kaldera Toba menyimpan berbagai mutiara kehidupan yang perlu dilihat dan dipelajari sepanjang masa.
            Sebagai tuan rumah (hasuhuton) bila kelak Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO, tentu diperlukan karakter tuan rumah yang baik dan benar. Salah satu kearifan lokal warisan leluhur ialah “Paramak so balunon, Parsangkalan so mahiang” yakni sifat dan sikap terbuka menerima tamu yang datang dengan menunjukkan berbagai keluhuran sebagai masyarakat beradat dan beradab.
            Berbagai karakter warisan leluhur walau masih tradisional serta masih di zaman purba tidak tertutup kemungkinan masih tetap relevan dan mengikuti zaman (up to date), misalnya; Ndang jadi panganon sian balik ni rere (jangan memakan dari balik tikar buruk) bermakna tidak boleh mengambil yang bukan hak, dan inilah yang disebut korupsi masa-masa belakangan ini.
            Sadar atau tidak salah satu cara membangun karakter manusia adalah menggali dan mengembangkan nilai-nilai budaya serta kearifan lokal yang tumbuh berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat, bangsa itu sendiri. Sebab, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal telah mewarnai pola pikir, pola tingkah laku yang sulit dilepaskan dari diri individu, maupun komunal. Pengabaian nilai budaya, kearifan-kearifan masyarakat, bangsa merupakan suatu kekeliruan besar yang berpotensi melahirkan aneka karakter  tak sesuai dengan nilai-nilai kehidupan ditengah-tengah masyarakat, bangsa.
            Nilai-nilai budaya, kearifan-kearifan harus pula dipahami adalah elemen dasar pembentukan karakter dan jati diri yang tidak boleh sekali-sekali diabaikan. Akan tetapi, bila diperhatikan dengan cermat, pengabaian nilai-nilai budaya, kearifan-kearifan masyarakat, bangsa kerap terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat, bangsa maupun negara. Akibatnya, timbul ambivalensi kebijakan serta tidak relevannya antara konsepsi dengan implementasi. Situasi kondisi seperti inilah salah satu faktor terhambatnya pengembangan nilai-nilai budaya, kearifan-kearifan sebagai elemen dasar pembentukan karakter masyarakat, bangsa maupun negara.
            Mengubah pola pikir (mindset) lokal ke nasional, bahkan internasional tanpa meninggalkan, menanggalkan nilai-nilai budaya, kearifan lokal adalah salah satu langkah konkrit membangun karakter dan jati diri. Dan inilah seharusnya dan sejatinya tujuan utama yang harus dicapai dari mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO yang diprakarsai RE Foundation. Bila tidak, Kaldera Toba yang memiliki segudang keistimewaan spesifik sulit diharapkan membawa manfaat optimal kepada masyarakat sekitar Kaldera Toba di masa akan datang.
            Karakter beradat dan beradab yang diwarisi masyarakat sekitar Kaldera Toba dari para leluhur beberapa millennia serta dilestarikan, dijunjung tinggi dalam harmoni kehidupan patut dimaknai suatu keunikan yang perlu dipelajari setiap insan di atas jagat raya ini. Sebab, mempertahankan, melestarikan nilai budaya, kearifan lokal ditengah-tengah perubahan jaman yang sedemikian pesat bukanlah hal mudah dan gampang. Salah satu contoh; konsistensi mempertahankan konsensus, sumpah (padan) para leluhur yang telah puluhan generasi masih tetap langgeng, baik antar maupun antara marga-marga di sekitar Kaldera Toba maupun di daerah diasporanya.
            Sifat konsisten terhadap sumpah (padan) ataupun konsensus-konsensus adalah salah satu karakter yang sangat langka ditemukan pada era belakangan ini, sebab yang tumbuh bagaikan jamur di musim penghujan saat ini ialah sifat inkonsisten (siose padan) yang berakibat timbulnya ketidakpercayaan (distrust). Misalnya, leluhur mewariskan; “Dengke ni sabulan, tu tonggina tu tabona, manang ise siose padan tu ripurna tu magona” maknanya ialah barangsiapa mengingkari sumpah akan punah.
Sosialisasi massif.
            Menggelorakan gaung Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO harus dipahami bukan hal gampang dan mudah sehingga diperlukan sinergi kemampuan serta kerja sama seluruh stakeholder  Kaldera Toba dimanapun berada. Sinergi kemampuan serta kerja sama tentu haruslah didahului suatu pemahaman atas pentingnya Geopark Nasional Kaldera Toba terhadap kehidupan manusia yang bukan saja penting bagi kehidupan masyarakat sekitar Kaldera Toba, tetapi bagi kepentingan nasional maupun internasional.
            Menumbuhkan pemahaman arti penting Kaldera Toba tentu harus pula dimulai melalui sosialisasi massif, serta berkesinambungan, sebab melahirkan kesadaran masyarakat sangat sulit terwujud dalam kurun waktu singkat, apalagi munculnya berbagai pola pemikiran memandang sesuatu dari sudut pandang subyektif. Pemikiran-pemikiran subyektif akan sulit disamakan tanpa sosialisasi massif, berkesinambungan.
            Tarik menarik kepentingan pemerintah daerah sekitar Kaldera Toba yang tidak mustahil dilandasi egoisme masing-masing harus pula disadari salah faktor hambatan percepatan dalam mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO. Oleh sebab itu, membangun pemahaman bersama masyarakat, pemerintah daerah sekitar Kaldera Toba merupakan suatu keharusan agar seluruh elemen-elemen masyarakat, pemerintah daerah saling bahu-membahu mendorong percepatan terwujudnya Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO.
            Salah satu ungkapan Batak Toba yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO  ialah, ”Saribu penghail sahalak pandangguri, dengke ndang adong dapot” (Seribu pemancing satu orang melempari, ikan tak satupun dapat). Maknanya ialah walaupun berbagai pihak telah berusaha keras mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO, bila sebahagian kecil saja pun mengganggu dan meributinya maka energi besar yang telah dikeluarkan selama ini akan terbuang sia-sia, seperti ungkapan Batak Toba mengatakan, “Suda arang ndang himpal bosi” (habis arang besi pun binasa).
            Untuk menghindarkan hal-hal seperti itulah diperlukan sosialisasi massif, berkesinambungan agar seluruh elemen masyarakat memiliki pemahaman bersama mengapa perlu mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO.  
            Sebaliknya, jika seluruh elemen masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah telah memiliki pemahaman bersama tentang arti penting Kaldera Toba akan  didorong   melakukan upaya percepatan mewujudkan Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO melalui kesadaran masing-masing. Salah satu contoh, bagaimana massifnya dukungan masyarakat melalui berbagai media terhadap Komodo salah satu keajaiban dunia.
            Memasyarakatkan Geopark Nasional Kaldera Toba, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional adalah salah satu elemen penting yang perlu digelorakan karena tidak mustahil masih banyak belum mengetahui dan memahaminya sampai saat ini.
            Oleh sebab itu, sinergi sosialisasi massif melalui media komunikasi, media sosial  maupun melibatkan perangkat-perangkat pemerintah, pemerintah daerah, simpul-simpul masyarakat perlu didorong seluas-luasnya ke depan.
            Inilah berbagai sumbangsih pemikiran penulis untuk mendukung upaya mulia yang telah diprakarsai RE Foundation sehingga Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi Taman Bumi Dunia UNESCO segera terwujud sebagai warisan kepada generasi-generasi sepanjang masa.
            Horas ! Horas ! Horas !
                                                                                                            Medan, 05 Oktober 2014.
                   
           
           
    
                 
             
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar